Kenapa Yudistira Mau Bermain Dadu Dalam Mahabharata

Dalam cerita Mahabharata Yudistira adalah lambang kebenaran, dia pantang berbohong dan berbuat jahat. Bahkan untuk membuat orang lain mempunyai perasaan tidak suka kepadanya saja dia enggan. Namun kenapa dia mau bermain judi? Para penggemar serial Mahabharata banyak yang bertanya-tanya dan menyesalkan tindakan Yudistira kali ini.

Semua saudara bahkan dirinya dan istrinya sendiri dipertaruhkan. Kenapa orang yang katanya setiap tindakannya didasari oleh prinsip kebenaran malah berbuat seperti itu?

Tidak gampang menemukan jawaban atas pertanyaan itu. Ada orang yang mengatakan mungkin jaman itu main dadu adalah tradisi sementara sebagian orang mengatakan sebaik-baiknya orang pasti pernah berbuat salah. Dan ada juga yang mengatakan itu sudah takdir sebagai pemicu perang Baratayuda.

Namun sebelum kita menemukan jawabannya, mari sejenak mengais pesan moral dari episode main dadu ini. Ketimbang kita memperdebatkan perbuatan Yudistira yang kelewat batas ini lebih baik kita mengambil sari dari peristiwa tersebut.

Bisma sejak penyusunan peraturan permainan dadu telah memeperingatkan Yudistira kalau permainan judi hanya akan mendatangkan kesengsaraan. Bahkan kakek Bisma menekankan kalau wanita adalah pihak yang paling sering menjadi korban permainan ini.

Oleh karena itu Bisma membuat peraturan agar wanita tidak diperkenankan untuk memasuki ruang permainan. Itulah seharusnya yang bisa diambil hikmahnya. Sudah disebutkan bahwa judi membawa kesengsaraan maka janganlah kita menekuninya.

Tapi dasarnya manusia memang begitu, tidak tau rasanya kalau tidak mengalami. Ketimbang menuruti nasehat orang tua kita malah melakukan yang sebaliknya. Judi telah menjadi candu di masyarakat kita.

Kembali ke Yudistira...mungkinkah dia terikat dengan kata-kata dan tradisi? Tapi apakah itu bisa menjadi pembenaran? Haruskah kita maklum kepada Yudistira bahwa dia berbuat sesuai dengan kebenaran yang kita tau sangatlah subjektif?

Yudistira melakukan kebenaran yang dia yakini sebagai sebuah kebenaran. Haruskah kita maklumi bahwa manusia selalu membuat pembenaran atas apa yang mereka perbuat? Manusia menyusun kebenaran-kebenaran itu sesuai dengan kepentingan diri dan kelompoknya?

Yudistira terikat akan janji untuk selalu hormat kepada pamannya yaitu raja Drestarata. Dia juga sebisa mungkin mencegah terjadinya perang saudara dengan cara tidak membuat Duryodana merasa tidak suka dengannya. Sejak kecil dia telah mencegah adik-adiknya untuk bertengkar dengan Duryodana demi terciptanya kedamaian dalam keluarga.

Bahkan Krishna berkata saat Yudistira akan mempertaruhkan Pancali " Kebenarana tidak selalu berdampingan dengan tradisi karena tradisi tidak selalu benar" Kalau disimak nasehat Krishna ini cukup menarik.

Bolehkah kita mempertanyakan sebuah tradisi dalam masyarakat kita? Katanya tidak semua tradisi itu benar. Tapi apakah kita siap menjadi pendobrak tradisi sepertihalnya Karna raja Anga?

Orang-rang hebat semacam Drona dan Bismapun tidak mampu berbuat banyak bagaimana mungkin Yudistira yang hanyalah seorang cucu dan murid mampu melakukannya?

Memang keadaan yang dihadapi Yudistira cukup pelik hingga tak sanggup rasanya menemukan jawaban kenapa dia mau bermain judi. Ketimbang menggali tanah yang belum tentu keluar airnya lebih baik kita mencari sumber mata air dan menyalurkan airnya kerumah kita dengan pipa.

Ketimbang bingung dengan kesalahan Yudistira lebih baik kita mengambil pesan-pesan moral yang terkandung didalamnya...pikirkanlah itu !!!

2 comments:

  1. Mungkin ini alasan tak kasat mata. Tidak pernah diceritakan para dalang. Bahwa Yudistira, ahli main dadu. Selalu tepat menebak angka yang keluar. Dia layani main dadu, (andai pun harus mempertaruhkan negara dengan segala isinya, bahkan berikut dirinya & saudara2nya), dia berharap dapat mengambil warisan dari Pandu ayahandanya dengan cara seperti itu tanpa perang. Sekaligus, ketika Korawa menjadi budak ketika ia menangkan main dadu. dia dapat mendidik para Korawa menjadi orang-orang baik, dan dapat memberikan kemerdekaan pada mereka pada saat terbaiknya. Namun takdir berkata lain, Sengkuni telah mempermainkan mata dadu, saat tebakannya benar. Puntadewa sudah mencoba menghindari perang Mahabarata, namun Sengkuni dan Korawa menginginkan hal lain. Maka terjadilah apa yang harus terjadi.

    ReplyDelete