Karna Antara Kebenaran Dan Persahabatan Di Mahabarata

Pengarang cerita Mahabarata, Begawan Byasa membuat kisah hidup tokoh-tokoh Mahabarata sangat tragis. Salah satu kehidupan paling tragis adalah kisah raja Anga Karna. Sejak kecil dia dibuang ibunya, Kunti,  karena takut menanggung malu. Jadilah dia dipungut seorang kusir kereta kerajaan Hastinapura. Maka sejak itu putra kusir adalah panggilan yang melekat padanya.

Sejak kecil harus menelan pil pahit kehidupan membuat dia berulang kali kecewa dengan keadaannya. Walaupun terlahir dengan kekuatan anugrah dewa ayahnya melarang dia bermain dengan panahnya. Sebagai putra kusir dia sering mendapat perlakuan tidak adil oleh para kesatria.

Karna atau Radeya sebenarnya anak yang baik dan juga dermawan. Sifat-sifat baik ada padanya tapi keadaan dan kesusahan menutup semua kebaikan-kebaikan. Ibarat kita zaman sekarang ini lelah berbuat baik tapi nasib buruk terus yang kita temui. Namun kita bisa melihat dalam setiap tokoh Mahabarata selalu ada sifat baik dan buruk dalam diri mereka.

Jujur dalam ujian bisa jadi  membuat kita tidak lulus dan akan semakin sakit rasanya jika teman kita yang nyontek lulus ujian. Hal inilah yang membuat kita terkadang ngenes dan mengambil jalan singkat dengan ikut nyontek. 

Memang kesusahan dan ketidak adilan bisa merubah orang baik beralih kepada kejahatan. Itulah yang terjadi pada hidup Karna. Walaupun menyandang status sebagai anak kusir kemauannya begitu keras. Dia ingin sekali mahir memanah dan punya keahlian bertarung layaknya ksatria. 

Diapun berguru pada guru Drona tapi ditolak mentah-mentah dengan alasan statusnya sebagai putra kusir. Keinginannya untuk menimba ilmu tidak berhenti disana. Karna lalu berguru kepada Parasurama guru dari Drona walaupun dia akhirnya dikutuk.

Saat Pandawa dan Kurawa kembali dari pendidikan mereka melakukan uji tanding dan Arjunalah tampil sebagai pemenangnya. Namun tiba-tiba muncul Karna menantang Arjuna. Tapi malah penghinaan yang dia dapati. Disinilah Duryodana mengambil kesempatan dengan mengangkat Karna sebagi raja agar boleh tanding dengan Arjuna.

Dari sini Karna mulai diperbudak persahabatan dia tidak bisa lagi membedakan yang baik dan benar karena hutang budi kepada Duryodana yang telah mengangkat derajatnya.  Dia telah berjanji untuk selalu menuruti perintah Duryodana dan akan selalu melindunginya.

Lagi-lagi Karna harus menelan pil pahit saat hadir dalam sayembara yang dilaksanakan oleh Drupadi. Tidak ada kesatria manapun yang mampu mengangkat busur dan melakukan apa yang seperti disyaratkan. Majulah Karna atas ijin Duryodana. Dia mampu mengankat busur dan memanah mata ikan namun Drupadi tidak mengakui kemenangan Karna dengan alasan tidak mau menikah dengan putra kusir.

Dimasa awal-awal sebelum perang Baratayuda datanglah Krisna untuk membujuk Karna agar mau bergabung dipihak Pandawa dengan membuka semua rahasia hidup Karna. Sehari kemudian datang juga ibunya sendiri, saat itu Kunti mengakui bahwa dia adalah anaknya dan minta maaf telah menelantarkannya.

Namun Karna tetap tidak bergeming, dia lebih memilih membalas semua jasa-jasa Duryodana ketimbang bergabung dengan adik-adiknya, Pandawa. Dilema yang dialami Karna mungkin pernah anda alami dalam hidup. Kita bimbang antara memilih sahabat atau jalan kebenaran.

Ketika teman-teman kita merokok kita bimbang antara mengikuti mereka atau memegang teguh prinsip kita untuk tidak merokok. Dan mungkin kita pernah berhutang budi pada sahabat kita dan disuatu kesempatan kita ragu untuk mengingatkan sahabat kita itu tentang perbuatan tidak benar yang dia lakukan karena kita sunggkan dengan kebaikannya kepada kita.

Itulah apa yang dialami Karna muda-mudahan bisa menuntun kita saat dihadapkan pada pilihan antara kebenaran dan persahabatan. Semoga terinspirasi....

No comments:

Post a Comment